Batu, We are In Love


Yeeeh, akhirnya 2012 A piknik bareng. . .

Angka di kalender cepat sekali berganti. Dua hari lalu, 4 februari 2016, kelas 2012 A, untuk pertama kalinya mengadakan wisata. Meski tidak full personil. Setidaknya tahun ini rencana liburan kita benar-benar terlaksana. Meski liburannya hanya ke Kota Batu, tetap saja meninggalkan kesan yang mendalam. Aku sudah tinggal di kelas ini dengan mereka menginjak tahun keempat di semester ini. Kelasku 100% dipenuhi mahasiswa jalur SNMPTN undangan dan tulis. Sudah terbayang bukan, isinya mahasiswa di atas rata-rata rajinnya. Meski tidak semuanya rajin dan peduli dengan pendidikannya. Justeru hal inilah yang menjadikan kelas terbelah menjadi bumi dan langit, air dan minyak. Sesuatu yang sulit sekali disatukan karena terlanjur menjadi unsur yang berbeda. Ya, inilah kenyataannya, inilah kebenarannya. Tak ada pencair di dalamnya.
Dan setelah dua tahun masa SMA aku harus mengalami lagi penjara, kali ini bahkan lebih lama. Apalagi di prodi, mahasiwa hanya terima jadi. Kami tidak bisa memilih kelas dan mata kuliah dengan sesuka hati. Ya, ini sudah jadi garis hidupku, jadi aku hanya perlu melewatinya hari demi hari. Aku tak mau menjadi bagian dari golongan tertentu seperti dua tahun masa SMA ku. Saat awal menginjakkan kelas, aku sudah berujar kalau aku akan membaur dengan siapapun, dan tak terikat satu golongan tertentu. Dan aku malakukannya. Benar-benar melakukannya. Tapi~ ternyata menjadi sendiri tidak semudah bayanganku, banyak waktu sulit yang aku lalui di kelas, mulai dari tak punya teman duduk yang pasti, berjalan sendiri, tidak ada yang menunggu dan tidak ada yang ditunggu, tidak kebagian teman untuk berkelompok, sampai tidak ada yang mengingat ulang tahunku. Hahaha, mereka tidak ada yang menganggapku. Meski aku sudah berusaha membaur dengan semua, tapi rasanya justeru jadi canggung. Aku seperti parasit yang menumpang untuk sekedar dianjak bicara.
Aku memang seperti ini, aku selalu menyesali apa yang sudah aku lakukan. Tapi aku pasti lebih menyesal jika aku tak menuruti kata hatiku. Meski masa kuliahku tak banyak aku habiskan dengan tawa tapi sedikit banyak aku belajar bagaimana manusia bertahan hidup di kelas yang kejam ini. Satu golongan menjelek-jelekan golongan yang lain, sedangkan golongan yang lain juga sedanga menjelek-jelekkan golongan lainnya. Karena di kelas aku tak memihak golongan manapun, walhasil aku hanya menampung cerita-cerita mereka di telinga. Hmmm senang rasanya akhirnya kita bisa liburan bersama.
Kami berangkat kamis pagi. Aku memang tidak selalu tepat waktu, tapi setidaknya aku selalu berusaha tepat waktu. PK kelas memutuskan semua harus sudah kumpul di depan fakultas pukul setengah enam. Bagi aku yang tidak ngekos, tentulah jam segitu lumayan berat. Tapi karena semua sudah sepakat aku berusaha untuk menepatinya. Beberapa hari sebelum liburan ini, aku memang mengalami sedikit masalah dengan nilai. Akhirnya aku melampiaskan dengan bersenang-senang di kampus sampai larut. Download drama inilah itulah, koneksi wifi buruk, terputus, donlotan kurang 3% gagal, harus mengulang, merengek sambil bercerita. Main tebak lagu, tertawa sekeras-kerasnya. Harusnya kuliah memang seperti ini, tidak memulu soal nilai dan pelajaran.
H-1 aku kembali pulang larut meski tidak selarut hari sebelumnya. Karena kelelahan, pukul 9 kurang aku sudah di tidur. Tak ada persiapan apapun untuk menyambut liburan esok. Aku hanya berpesan ke ibu supaya membangunkanku lebih awal karena pukul setengah enam aku harus sampai di kampus. Sedari pukul 4 subuh, ibu sudah sibuk di dapur. Karena sedang berhalangan salat jadi aku tetap meneruskan tidurku lagi, sedikit lagi. Tapi ketika tidur waktu justeru berputar tiga kali lebih cepat. Rasanya baru juga menutup mata, eh tahu-tahu sudah pukul setengah lima. Ibu sudah mulai mengoceh inilah itulah, akhirnya aku menyeret kaki ke kamar mandi. Tanpa persiapan panjang, pukul lima aku berangkat. Langit masih kehitaman. Hawa dingin langsung menyeruak, ingus mulai meleleh, padahal tadi sudah menyeruput the hangat.
Aku hanya membawa hape, dompet, charger, headset, bedak baby, lipice, beberapa lembar tisu, power bank, dan sebotol club isi ulang. Karena semalam aku tidak sempat membeli bekal camilan, akhirnya aku memutuskan mampir ke indomaret yang buka 24 jam. Aku hanya membeli potato, rin-bee, dan AIM biscuit. Perjalanan menuju lidah wetan pagi itu tidak terlalu bersahabat. Meski masih pagi, tapi jalanan sudah mulai ramai. Pukul enam kurang aku sampai di kosan Eba, aku menitipkan motorku di sana. Begitu sampai aku langsung minta maaf kepadanya, karena takut dia sudah menunggu lama. Tapi ternyata dia juga baru keluar. Setelah memarkir motor di pojokan, Eba mengajakku ke kosannya Meyu. Niatnya mau membangunkannya, tapi dia sudah mandi. Aku dan eba kemudian berjalan ke fakultas. Seperti dugaanku, tidak banyak yang berkumpul di sana, padahal jam sudah menunjukkan pukul 6. Hanya ada Lisa, Dama di atas boncengan pacarnya, Aulia, dan Danika (pacarnya Marita).
Kami akhirnya berangkat sekitar pukul tujuh. Aku duduk di sebelah Mbak Coy di bangku kanan, baris ke 4 dari depan. Awal perjalanan ke Kota Batu ini diisi dengan karaoke lagu dangdut. Hampir semuanya dikuasai Zety. Semuanya bergembira dan bersenang-senang. Awalnya aku malu-malu, tapi kok rasanya pundakku masih memikul beban. Ok, aku harus membuangnya, melampiaskan dengan bernyanyi, berjoget. Pokoknya gila.
To be continued. . .
Sudah larut, aku harus mengakhirinya sampai sini dulu.

Sabtu malam, 6 Februari 2016 [10:43 PM] mendengarkan Pretty Girl dari KARA

Ini beberapa kegilaan kelas 2012 A yang terekam kamera :D





Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dengan Uang Belanja 20 ribu, Kamu Bisa Memasakkan 3 Menu Kaya Protein Ini untuk Suami loh, Cobain Yuk!

Hampir Lupa Jatuh Cinta

Perjuangan Pejuang Wifi Gratisan