Kadang aku tidak sadar bahwa tahun ini
adalah tahun terakhirku di kampus. Saat status beranjak menjadi mahasiswa
tingkat akhir, aku baru menjadi bagian dari para pejuang wifi gratisan di
kampus, wkwkwkwkwk. Satu alasan kenapa aku telat bergabung karena baru semester
lima aku mempunyai laptop sendiri. Itupun aku tidak langsung menjadi pengguna
wifi gratisan kampus. Karena kesibukan harus mengajar dari jam 5 sore sampai
jam 8 malam. Jadinya aku masih tetap mahasiwa kupu-kupu
(kuliah-pulang-kuliah-pulang). Begitu masuk semester tujuh pertengahan, aku
memutuskan untuk berhenti.
Saat terakhir seperti ini, aku juga
ingin merasakan bagaimana menjadi penunggu kampus hingga pergantian senja.
Tanpa disibukkan rapat atau kegiatan kampus lainnya. Hanya melakukan sesuatu
yang menyenangkan bersama teman seangkatan. Menciptakan memori, yang akan
dikenang di masa depan.
Di awal Desember, aku diajari Rimao
cara mendownload drama korea. Hahaha, aku selalu terjebak, yang akhirnya bukan
drama yang terdonlot tapi aplikasi ga “nggena”. Jadinya dua bulan terakhir aku
disibukkan dengan donlot drama Remember yang aku ikuti tiap minggunya. Sebagai
penggemar drama, selama ini aku hanya bisa meminta, hihihi. Kadang kala drama
yang ingin ku tonton tidak ada satupun yang punya. Syedihnya tuh di sini.
Kalau jam-jam kuliah bisa dipastikan
mustahil untuk mendonlot. Untuk connect saja internetnya susah nyambung. Jadilah
aku dan beberapa teman yang memang enggan pulang, selalu menunggu saat matahari
mulai menjingga. Saat sore hari hari memang waktu yang pas untuk melepaskan
kepenatan. Ada saja cerita yang tercipta di sore hari.
Akhir-akhir ini aku bahkan pulang
selalu larut. Membunuh waktu dengan perbincangan konyol, mendonlot drama,
melihat Fajar, Eba, Rimao latihan dance cover, belajar jadi K-Popers dari
Titis, menggunggah entri baru di blog, sampai melihat kesibukan Zeti mengurusi
orderan Oriflamenya.
Tempat favorit kami di tangga pelatar
T1. Jika menunggu jam kuliah atau mengerjakan tugas, tempat ini seperti markas
prodi P.B Jepang angkatan 2012. Dari ujung timur sampai barat di penuhi
mahasiswa dan tumpukan tas teman-teman seangkatanku.
Balik lagi ngomong soal donlot drama.
Ternyata ada perjuangan panjang dibalik tiap episodenya. Itulah kenapa aku
selalu merasa tidak enak hati jika harus meminta dengan hanya bermodal
flashdisk. Tanpa ibal balik memberi drama yang lain. Maafkan aku temaaaaaan T.T
Pernah aku harus mengulang donlotan
sampai ke tujuh kali, demi satu episode drama Remember- War of Son. Berjuang
sampai 4 jam demi dua episode. Jika sinyal tiba-tiba saja menghilang, maka bisa
dipastikan tamat sudah donlotan yang masih on progress. Terhenti. Tidak bisa
diresume. Jadi harus ku ulang mendonlot dari awal. Hal semacam ini terus
terulang, menjengkalkan, bikin prustasi, tapi mengajarkan bagaimana sabar dan
terus berjuang, hahahahahahaha. Berkali-kali harus mengulang dari awal, batre
laptop juga semakin tipis, hari juga semakin menghitam. Akhirnya donlotanku
kelar juga, tepat di sisa-sisa akhir daya batre.
Hahahaha, postinganku kali ini agak ga
penting memang. Bahkan sebenarnya benar-benar ga penting. Kenapa harus susah
payah menggunakan wifi gratis kampus meski seringkali di-PHP koneksinya.
Padahal di luar sana, sudah banyak spot wifi id yang hanya bermodal dua ribu
saja sudah bisa menikmati satu jam koneksi internet super cepat. Tidak sedikit
warung kopi yang meyediakan layanan wifi gratis. Sungguh ada banyak kemudahan
di luar sana. Tapi kenapa aku lebih memilih menjadi pejuang wifi gratisan di
kampus? Ada banyak alasan yang tidak bisa tergambar dengan kata-kata. Hmmm
salah satunya mungkin, aku jadi bisa membuat tulisan tidak bermutu ini dan
mempostingnya di blog. Hahahahaha.
Komentar
Posting Komentar