5 th
Tidak ada rahasia yang benar-benar
rahasia. Jika Donny Dhirgantoro punya cerita 5 cm, maka aku punya 5 th, 5
tahun. Inilah kisah 5 th yang aku sembunyikan. Meski sebenarnya ada banyak mata
yang tahu kisah ini, tapi mungkin mereka telah melupakannya di ribuan hari yang
lalu. Awalnya aku pun demikian. Namun ternyata aku tetap menyimpan setiap
keping-keping kisahnya, walau aku harus dipertemukan lagi setelah 5 tahun,
untuk menyatukan keping-keping itu agar menjadi ingatan yang utuh~
Kalau dihitung mundur dari sekarang.
Maka kisah kali ini dimulai tahun pertengahan 2008. Saat itu aku masih memakai
seragam SMP. Satu dari tiga sahabatku saat kelas 9 memberi kabar kalau di
antara ratusan siswa baru, ada satu lelaki ciptaan Allah yang paling bersinar
versi dia. Bibirnya yang merona merah menjadi daya tarik utamanya. Kami pun
dibayangi rasa penasaran, bagaimana rupa si adik manis yang dua tahun di
bawahku. Suatu hari saat istirahat kelas, aku, Fijria, Riris, dan Mudah,
memulai misi pengintaian.
Padahal di awal yang paling
menggebu-gebu adalah Mudah, tapi kenapa saat sudah di hadapan adik manis ini
semuanya pada keluh lidahnya. Akhirnya, entah setan apa yang merasuki, hingga
aku berani melangkahkan kaki mendekatinya terlebih dahulu. Tanpa basa-basi aku
langsung mengajaknya kenalan, dan yang lebih mengejutkan aku bahkan meminta
nomer hapenya. Yaa, namanya juga senior jadi junior mah apa atuh. Adik manis
ini pun memberikan nomer hapenya. Inilah awal kisah cinta monyet ala nuuna di
mulai. Wkwkwk.
Hari itu aku jadi gelisah, antara sms dulu
atau tidak. Tapi karena sudah jatuh hati pada pandangan pertama, maka aku
benar-benar membuang harga diriku. Aku mulai mengiriminya sms. Meski harus
menunggu lama, tapi mendapat balesan sms darinya sungguh tak tergambarkan
bahagianya. Hal yang sama ternyata juga dilakukan oleh ketiga temanku. Mungkin
kalau ada diposisi si adik manis tentu aku pasti akan shock. Bagaimana tidak,
hidup yang awalnya damai tiba-tiba dihadang empat senior cewek yang agresif
pula.
Hari demi hari terlalui begitu saja.
Sedikit demi sedikit aku mulai mengenal lebih jauh tentang si adik manis ini.
Seiring itu, cerita dibalik empat senior mengejar-ngejar adik kelas dua tingkat
di bawahnya pun menjadi buah bibir, terutama di kelas 9 C, kelasku. Saat itu
memang sekolah memang sedang mengusung moving class, jadi kami tidak mempunyai
kelas pasti. Kelas kami berpindah-pindah sesuai mata pelajaran. Namun hal ini
tidak berlaku dengan kelas si adik manis, karena dia berada di kelas RSBI maka
ada sedikit perlakuan istimewa. Kelasnya tetap, di lantai dua dan ber-AC. Jadi
aku paling berbunga-bunga kalau mata pelajaran Matematika, karena kelas
Matematika berdekatan dengan kelas si adik manis. Dan kebetulan guru
pengampunya juga mengajar di kelas RSBI. Saking gilanya, akhirnya guru
Matematika pun mengendusnya. Sampai suatu ketika, Pak Khus akan mengantar soal
ke kelas RSBI. Dengan bodohnya, aku berseloroh “Sini Pak, aku saja yang
mengantar.” Pak Khus menaggapinya dengan serius, pelajaran sampai terhenti saat
Pak Khus benar-benar memintaku untuk mengantarkannya. Tapi nyaliku menciut
seketika, aku tiba-tiba menjadi gugup sungguhan. Bu Fat, guru yang separtner
dengan Pak Khus sampai geleng-geleng tidak percaya, beliau sampai berucap,
kurang lebih seperti ini kalau di terjemahkan ke bahasa Indonesia “Ckckck,
xxxxx (sebut nama si adik manis) kan masih kecil, apanya sih yang kamu sukai
itu? Sampai segitunya kamu menggilai anak kecil”. Oh malunya =T T=
Meski begitu kisah ini tidak berakhir
begitu saja. Dan semakin rumit karena pada saat yang sama, ada teman sekelasku
yang entah kenapa bisa mengejar-ngejar aku. Dia menjadi hater pertama si adik manis.
Tapi berkat si adik manis, intensitasnya mengganggu kedamaianku di kelas mulai
berkurang. Pernah suatu ketika, saat di kelas matematika, dia membagi-bagi
permen ke seluruh teman sekelas, tapi Cuma aku yang tidak dikasihnya. Tanpa aku
tanya pun dia dengan selorohnya berucap “Salahmu sendiri, kenapa kamu suka sama
si xxxx, makanya kamu ga aku kasih! Kasihan deh~”. Aku hanya membalasnya dengan
senyum sinis, padahal dalam hati aku mengumpatinya.
Dari ke tiga sahabatku kala itu,
semuanya sudah merasa lelah mengejar-ngejar si adik manis. Fijriah juga sudah
menemukan pria yang pas, Islamix, teman sekelas juga. Riris dan Mudah juga
mulai sadar, kalau si adik manis bukanlah lelaki yang harus diperjuangan lagi. Tinggallah
aku sendiri yang masih dimabuk pesona si adik manis. Memberinya tumpangan,
mengantarnya pulang, main ke perumahan tempat dia tinggal. Hahahaha, ceritanya
aku lagi ngapelin si adik manis. Tapi aku ga berani kalau sendiri. Jadilah aku
mengajak Fijria. Karena tidak tahu rumahnya, aku dan Fijriah menunggu di dekat
gerbang utama. Tak lama menunggu, si adik manis datang bersama adiknya dengan
bersepeda. Saat itulah aku mulai mengenal adiknya juga. Ke dua kalinya, aku
diajaknya ke rumahnya. Di rumah si adik manis ada ibu dan ayahnya. Haduh, ini
apa-apaan coba. Malunya tuh di sini =YY=
Ini menjadi pertama dan terakhir kali aku main ke rumahnya.
Hariku mulai habis dimakan persiapan
ujian nasional. Akibatnya aku tidak punya waktu untuk main-main lagi. Ada
perasaan sedih juga saat akan meninggalkan sekolah ini. Karena saat aku keluar,
maka aku sudah tidak punya kesempatan untuk bertemu dengan si adik manis lagi.
Dan saat aku Tanya, dia nanti ingin melanjutkan pendidikannya di SMA mana? Dia
menjawab kalau masih tidak punya bayangan, tapi kemungkinan di SMA favorit yang
ada di Kota. Dalam hati aku sungguh berdoa agar bisa dipertemukan kembali
dengannya di sekolah yang sama.
Nama si adik manis semakin popular di
kalangan cewek-cewek senior, terutama kelas 9. Persiapan unas juga semakin
padat, terlebih lagi aku menjadi perwakilan kelas yang harus menerima bimbingan
tambahan untuk membantu teman-teman yang sedikit mengalami kesulitan. Maka si
adik manis sedik demi sedikit, seperti tetesan air yang memacah batuan, mulai
terasingkan di hidupku. Bahkan saat masuk SMA ingatanku akan si adik manis
benar-benar terkubur dalam tumpukan memori yang lain. Selama tiga tahun tak
sekalipun dia terlintas di lamunanku. Karena sudah benar-benar lupa, maka aku
pun tak pernah mencarinya di jejaring media sosial. Aku sudah merajut kisah-kisah
yang lain. Lebih dari ribuan hari, ratusan ribu jam aku jalani tanpa sekalipun
mengingatnya. Sampai, suatu ketika, saat perkuliahan semester lima baru di
mulai. Takdir membawaku untuk dipertemukan kembali dengannya setelah 5 tahun.
Tidak hanya di universitas yang sama, fakultas yang sama, jurusan yang sama,
dia satu prodi denganku. Kembali menjadi adik kelasku. Meski banyak berubah,
tapi aku bisa mengenalinya hanya dengan sekali tatap mata. Bukannya senang, aku
justeru malu bukan kepalang. Karena ingatan akan kisah 5 tahun silam, tiba-tiba
bermunculan satu persatu. Jadi sejak saat itu aku putuskan untuk pura-pura
tidak mengenalnya. Padahal, lagi-lagi takdir seolah memendekkan jarak antara
aku dan dia. Di usia kepala dua, aku berhasil menyetir pikiranku agar lebih
bisa realistis. Pura-pura tidak tahu apa-apa memang senjata paling ampuh. Jika
aku sekali lagi melangkah dulu kea rah, dan dia tidak meningatku. Huhuhu aku
tidak tahu caranya untuk menyelamatkan mukaku. Meskipun saat tidak sengaja mata
kami bertabrakan, aku masih saja doki-doki suru.
Biarlah dia tetap menjadi adik manis
yang dulu pernah tenggelam di antara tumpukan masa laluku. Cukup itu.. Akhirnya
aku paham, kenapa takdir bisa mengangkat kembali ingatan yang terkubur itu
dengan sebuah pertemuan. Ternyata ini adalah jawaban sebuah doa. Hadiah yang
dikirim Allah setelah 5 tahun.
Senin, 15 February 2016 [11:56 PM] kali ini aku
ditemani Insane- BTOB
Komentar
Posting Komentar